Pages

Minggu, 28 September 2014

WALI SONGO : MAULANA MALIK IBRAHIM

FROM : http://kisah-kisahwalisongo.blogspot.com/2012/01/syekh-maulana-malik-ibrahim.html

SYEKH MAULANA MALIK IBRAHIM


SYEKH MAULANA MALIK IBRAHIM
1.       Asal usul SYEKH MAULANA MALIK IBRAHIM

Jauh sebelum Maulana Malik Ibrahim datang ke Pulau Jawa. Sebenarnya sudah ada masyarakat Islam di daerah-daerah pantai utara. Termasuk di desa Leran. Hal itu bisa dibuktikan dengan adanya makam seorang wanita bernama Fatimah Binti Maimun yang meninggal pada tahun 475 Hijriyah atau pada tahun 1082 M.

Jadi sebelum jaman Wali Songo, Islam sudah ada di pulau Jawa, yaitu daerah Jepara dan Leren. Tetapi Islam pada masa itu masih belum berkembang secara besar-besaran.
Maulana Malik Ibrahim yang lebih dikenal penduduk setempat sebagai Kakek Bantal itu diperkirakan datang ke Gresik pada tahun 1404 M. Beliau berdakwah di Gresik hingga akhir wafatnya yaitu pada tahun 1419 M.

Pada masa itu kerajaan yang berkuasa di Jawa Timur adalah Majapahit. Raja dan rakyatnya kebanyakan masih beragama Hindu atau Budha. Sebagian rakyat Gresik sudah ada yang beragam Islam, tetapi masih banyak yang beragama Hindu atau bahkan tidak beragama sama sekali.
Dalam Dakwah kakek bantal menggunakan cara yang bijaksana dan strategi yang tepat berdasarkan ajaran Al-Qur’an yaitu :

“Hendaklah engkau ajak kejalan TuhanMu dengan hikmah (kebijaksanaan) dan dengan petunjuk-petunjuk yang baik serta ajaklah mereka berdialog (bertukar pikiran) dengan cara yang sebaik-baiknya (QS. An Nahl ; 125)”

Ada yang menyebutkan bahwa beliau berasal dari Turki dan pernah mengembara di Gujarat sehingga beliau cukup berpengalaman menghadapi orang-orang Hindu di pulau Jawa. Gujarat adalah wilayah negara Hindia yang kebanyakan penduduknya beragama Hindu.

Di Jawa, kakek bantal bukan hanya berhadapan dengan masyarakat Hindu melainkan juga harus bersabar terhadap mereka yang tak beragama maupun mereka yang terlanjur mengikuti aliran sesat, juga meluruskan iman dari orang-orang Islam yang bercampur dengan kegiatan Musyrik. Caranya , beliau tidak langsung menentang kepercayaan mereka yang salah itu melainkan mendekati mereka dengan penuh hikmah, beliau tunjukkan keindahan dan ketinggian akhlak Islami sebagaimana ajaran Nabi Muhammad SAW.

Dari huruf-huruf arab yang terdapat pada batu nisannya dapat diketahui bahwa Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah si Kakek Bantal, penolong fakir miskin, yang dihormati para pangeran dan para sultan ahli tata negara yang ulung, hal itu menunjukkan betapa hebat perjuangan beliau terhadap masyarakat, bukan hanya pada kalangan atas melainkan juga pada golongan rakyat bawah yaitu kaum fakir miskin.

Keterangan yang tertulis dimakamnya ialah sbb : “inilah makam Almarhum Almaghfur, yang berharap rahmat Tuhan, kebanggaan para pangeran, para Sultan dan para Menteri, penolong para Fakir dan Miskin, yang berbahagia lagi syahid, cemerlangnya simbol negara dan agama, Malik Ibrahim yang terkenal dengan Kakek Bantal. Allah meliputinya dengan RahmatNya dan KeridhaanNya, dan dimasukkan ke dalam Surga. Telah Wafat pada hari Senin 12 Rabiul Awal tahun 822 H.”

Menurut literatur yang ada, beliau juga ahli pertanian dan ahli pengobatan. Sejak beliau berada di Gresik hasil pertanian rakyat Gresik meningkat tajam. Dan orang-orang sakit banyak yang disembuhkannya dengan daun-daunan tertentu.

Sifatnya lemah lembut, welas asih dan ramah tamah kepada semua orang, baik sesama muslim atau dengan non muslim membuatnya terkenal sebagai tokoh masyarakat yang disegani dan dihormati. Kepribadiannya yang baik itulah yang menarik hati penduduk setempat sehingga mereka berbondong-bondong masuk agama Islam dengan suka rela dan menjadi pengikut beliau yang setia.

Sebagai misal beliau menghadapi rakyat jelata yang pengetahuannya masih awam sekali, beliau tidak menjelaskan Islam secara njelimet. Kaum bawah tersebut dibimbing untuk bisa mengolah tanah agar sawah dan ladang mereka dapat dipanen lebih banyak lagi. Sesudah itu mereka dianjurkan bersyukur kepada yang memberikan Rezeki yaitu Allah SWT.

Dikalangan rakyat jelata Syekh Maulana Malik Ibrahim sangat terkenal, terutama dari kalangan kasta rendah. Sebagaimana diketahui agama Hindu membagi masyarakat menjadi 4 kasta yaitu ; kasta brahmana, kstaria, waisya dan sudra. Dari ke empat kasta tersebut kasta sudra adalah yang paling rendah dan sering di tindas oleh kasta-kasta yang lebih tinggi. Maka ketika Syekh Maulana Malik Ibrahim menerangkan kedudukan seseorang didalam Islam, orang-orang kasta sudra dan waisya banyak yang tertarik, Syekh Maulana Malik Ibrahim menjelaskan bahwa dalam agama Islam semua manusia sama sederajat. Orang sudra boleh saja bergaul dengan kalangan yang lebih atas, tidak dibeda-bedakan. Dihadapan Allah semua manusia adalah sama, yang paling mulia diantara mereka hanyalah yang paling taqwa disisi Allah SWT.

Taqwa itu letaknya dihati, hati yang mengendalikan segala gerak kehidupan manusia untuk berusaha sekuat-kuatnya mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.

Dengan taqwa itulah manusia akan hidup bahagia di dunia dan di akherat kelak, orang yang bertaqwa sekalipun dia dari kasta sudra bisa jadi lebih mulia daripada mereka yang berkasta ksatria dan brahmana.

Mendengar keterangan ini, mereka yang berasal dari kasta sudra dan waisya merasa lega, mereka merasa dibela dan dikembalikan haknya sebagai manusia yang utuh sehingga wajarlah bila mereka berbondong-bondong masuk agama Islam dengan suka cita.

Setelah pengikutnya semakin banyak, beliau kemudian mendirikan mesjid untuk beribadah bersama-sama dan mengaji. Dalam membangun mesjid ini beliau mendapat bantuan yang tidak sedikit dari Raja Carmain.

Dan untuk mempersiapkan kader umat yang nantinya dapat meneruskan perjuangan menyebarkan agama Islam ke seluruh tanah Jawa dan seluruh Nusantara maka beliau kemudian mendirikan pesantren yang merupakan perguruan Islam, tempat mendidik dan menggembleng para santri sebagai calon mubaligh.

Pendirian pesantren yang pertama kali di Nusantara itu di ilhami oleh kebiasaan masyarakat Hindu yaitu para Biksu dan Pendeta Brahmana yang mendidik cantrik dan calon pemimpin agama di mandala-mandala mereka.

Inilah salah satu strategi para wali yang cukup jitu, orang Budha dan Hindu yang mendirikan mandala-mandala untuk mendidik kader tidak dimusuhi secara frontal, melainkan beliau-beliau itu mendirikan pesantren yang mirip dengan mandala-mandala miliki kelompok Hindu dan Budha tersebut untuk menjaring umat. Dan ternyata hasilnya sungguh memuaskan, dari pesantren Gresik kemudian muncul para mubaligh yang menyebar ke seluruh Nusantara.

Tradisi pesantren tersebut berlangsung hingga dijaman sekarang. Dimana para ulama menggodok calon mubaligh dipesantren yang diasuhnya.

Bila orang bertanya suatu masalah agama kepada beliau maka beliau tidak menjawab dengan berbelit-belit melainkan dijawabnya dengan mudah dan gamblang sesuai dengan pesan Nabi yang menganjurkan agama disiarkan dengan mudah, tidak dipersulit, umat harus dibuat gembira, tidak ditakut-takuti.

Pada suatu hari Syekh Maulana Malik Ibrahim ditanya tentang : Apakah yang dinamakan Allah itu ?

Beliau tidak menjawab bahwa Allah itu adalah Tuhan yang memberi pahala surga kepada hambaNya yang berbakti dan menyiksa sepedih-pedihnya bagi hamba yang membangkang kepadaNya.

Jawabannya cukup singkat dan jelas yaitu, “Allah adalah Zat yang diperlukan adaNya.”

Dua tahun sudah Syekh Maulana Malik Ibrahim berdakwah di Gresik, beliau tidak hanya membimbing umat untuk mengenal dan mendalami agama Islam, melainkan juga memberi pengarahan agar tingkat kehidupan rakyat Gresik menjadi lebih baik. Beliau pula yang mempunyai gagasan mengalirkan air dari gunung untuk mengairi lahan pertanian penduduk. Dengan adanya sistem pengairan yang baik ini lahan pertanian menjadi subur dan hasil panen bertambah banyak, para petani menjadi makmur dan mereka dapat mengerjakan ibadah dengan tenang.

Andaikata Syekh Maulana Malik Ibrahim tidak ikut membenahi dan meningkatkan taraf hidup rakyat Gresik tentulah mereka sukar diajak beribadah dengan baik dan tenang. Sebagaimana sabda Nabi bahwa kefakiran menjurus pada kekafiran. Bagaimana mungkin bisa beribadah dengan tenang jika sehari-hari disibukkan dengan urusan sesuap nasi. Inilah resep yang harus ditiru.


2.       Tamu dari Negeri Carmain
Ada ganjalan di hari Syekh Maulana Malik Ibrahim, dia telah berhasil mengIslamkan sebagian besar rakyat Gresik. Yang mana saat itu Gresik merupakan bagian dari wilayah Majapahit. Kalau seluruh rakyat sudah memeluk Islam sementara Raja Brawijaya penguasa Majapahir masih beragama Hindu, apakah dibelakang hari tidak timbul ketegangan antara rakyat dengan rajanya.

Untuk menghindari hal itu maka Syekh Maulana Malik Ibrahim mempunyai rencana mengajak Raja Brawijaya untuk masuk agama Islam.

Hal itu diutarakan kepada sahabatnya yaitu Raja Carmain. Ternyata Raja Carmain juga mempunyai maksud serupa. Sudah lama Raja Carmain ingin mengajak Prabu Brawijaya masuk agama Islam. Pada tahun 1321 M. Raja Carmain datang ke Gresik disertai putrinya yang cantik rupawan. Putri Raja Carmain itu bernama Dewi Sari, tujuannya dalam misi tersebut adalah untuk memberikan bimbingan kepada para putri istana Majapahit mengenal agama Islam.

Bersama Syekh Maulana Malik Ibrahim rombongan dari negeri Carmain itu menghadap Prabu Brawijaya. Usaha mereka ternyata gagal. Prabu Brawijaya bersikeras mempertahankan agama lama dengan ucapan diplomatis. Bahwa dia bersedia masuk Islalm bila Dewi Sari bersedia dipersuntingnya sebagai isteri. Dewi Sari menolak, tidak ada gunanya masuk Islam bila ditunggangi dengan kepentingan duniawi. Beragama  seperti itu hanya akan merusak keagungan agama Islam.

Rombongan dari negeri Carmain lalu kembali ke Gresik. Mereka beristiharat di Leran sembari menunggu selesainya perbaikan kapal untuk berlayar pulang

Sungguh sayang sekali, selama peristirahatan di Leran banyak anggota dari negeri Carmain yang diserang wabah penyakit. Banyak diantara mereka yang tewas, termasuk Dewi Sari.

Kabar kematian Dewi Sari terdengar ke telinga Prabu Brawijaya, Raja yang memang tertarik dan merasa jatuh cinta kepada Dewi Sari itu kemudian menyempatkan diri beserta para punggawanya berkunjung ke Leran. Raja Brawijaya memerintahkan kepada para punggawanya untuk menggali kubur dan memakamkan Dewi Sari dengan upacara kebesaran.

Setelah rombongan dari negeri Carmain itu meninggalkan pantai Leran Prabu Brawijaya menyerahkan seluruh daerah Gresik kepada Syekh Maulana Malik Ibrahim untuk diperintah sendiri dibawah kedaulatan Majapahit.

Penyerahan wilayah itu adalah siasat dari sang Raja agar rakyat Gresik yang beragama Islam itu tidak memberontak kepada Rajanya yang masih beragama Hindu.

Amanat Raja Majapahit itu diterima oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim dengan sukarela. Sesuai dengan ajaran Islam yang menganjurkan perdamaian walaupun dengan kafir zimmi yaitu orang-orang bukan muslim yang mau hidup berdampingan dengan aman dalam suatu negara.

Demikianlah sekilas tentang Syekh Maulana Malik Ibrahim, seorang waliyullah yang dianggap sebagai ayah dari Wali Songo. Beliau wafat di Gresik pada tahun 882 H atau 1419 M.

MASUKNYA AGAMA ISLAM KE INDONESIA

FROM : http://adeut.blogspot.com/2007/06/proses-masuk-dan-berkembangnya.html

PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA ISLAM di INDONESIA

 

Islam merupakan salah satu agama yang masuk dan berkembang di Indonesia. Hal ini tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi Anda, karena di mass media mungkin Anda sudah sering mendengar atau membaca bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki penganut agama Islam terbesar di dunia.Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam. Mengenai kapan Islam masuk ke Indonesia dan siapa pembawanya terdapat beberapa teori yang mendukungnya.
Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islamdi Indonesia.
Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia.Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalah waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara. Untuk mengetahui lebih jauh dari teori-teori tersebut, silahkan Anda simak uraian materi
berikut ini.
Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran
Islam di Indonesia.
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia –
Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang
bercorak khas Gujarat.
Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard
H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya
pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai.
Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah
singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah
banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang
menyebarkan ajaran Islam.
Demikianlah penjelasan tentang teori Gujarat. Silahkan Anda simak teori berikutnya.
Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama
yaitu teori Gujarat.
Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan
pembawanya berasal dari Arab (Mesir).
Dasar teori ini adalah:
a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah
mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan
berita Cina.
b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh
mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan
Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal
dari Mesir.
Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli
yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik
Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang
berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau sudah paham simak
teori berikutnya.
Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya
berasal dari Persia (Iran).
Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam
Indonesia seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein
cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di
Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut.
Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu
Al – Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tandatanda
bunyi Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama
salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein
Jayadiningrat.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran
Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).
Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari
peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati.
Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali
yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
1.Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa Timur.
2.Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya.
3.Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
4.Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
5.Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik)
6.Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
7.Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak.
8.Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
9.Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat (Cirebon) Demikian sembilan wali yang sangat terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa
sebagian memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat
dengan Allah, sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang
dikasihi Allah.

ILMUWAN ISLAM : IBNU RUSYD

FROM : http://serunaihati.blogspot.com/2012/09/biografi-ibnu-rusyd-perintis-ilmu.html

Biografi Ibnu Rusyd: Perintis Ilmu Jaringan Tubuh



Ibnu Rusyd adalah seorang ilmuwan muslim yang cerdas dan menguasai banyak bidang ilmu, seperti al-Quran, fisika, kedokteran, biologi, filsafat, dan astronomi. Ibnu Rusyd lahir pada tahun 1198 di Kordoba, Spanyol. Di Barat, ia dikenal dengan nama Averroes. Ayah Ibnu Rusyd adalah seorang ahli hukum yang cukup berpengaruh di Kordoba. Sementara itu, banyak saudaranya menduduki posisi penting di pemerintahan. Latar belakang keluarganya itulah yang sangat mempengaruhi proses pembentukan tingkat intelektualitas Ibnu Rusyd di kemudian hari. Ibnu Rusyd adalah seorang tokoh perintis ilmu jaringan tubuh (histology). Ia pun berjasa dalam bidang penelitian pembuluh darah dan penyakit cacar.

Abad XII dan beberapa abad sebelumnya adalah zaman keemasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Saat itu, Dinasti Abbasiyah sedang berkuasa, dengan pusat pemerintahan di Semenanjung Andalusia (Spanyol). Para penguasa muslim pada masa itu sangat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Mereka sering meminta para ilmuwan untuk menggali kembali warisan intelektual Yunani yang masih tersisa. Dengan begitu, nama-nama ilmuwan beserta Yunani beserta karyanya, seperti Aristoteles, Plato, Phytagoras, dan Euclides, masih tetap terpelihara hingga sekarang.

Ibnu Rusyd dapat digolongkan sebagai seorang ilmuwan yang komplit. Selain sebagai seorang ahli filsafat, ia juga dikenal pakar di bidang kedokteran, sastra, logika, ilmu pasti, dan ilmu agama. Sehubungan dengan itu, ia sangat menguasai ilmu tafsir al-Quran dan hadis, juga ilmu hukum dan fikih. Disebabkan kecerdasannya itulah, ia kemudian diangkat menjadi Hakim Agung Kordoba, sebuah jabatan yang pernah dipegang kakeknya pada masa pemerintahan Dinasti al-Murabitun di Afrika Utara. Ibnu Rusyd menjadi hakim agung selama masa pemerintahan Khalifah Abu Ya’kub Yusuf hingga anaknya, Khalifah Abu Yusuf.
Biografi Ibnu Rusyd: Perintis Ilmu Jaringan Tubuh
Di sela-sela kesibukannya sebagai seorang dokter dan hakim agung, Ibnu Rusyd menyempatkan diri menulis. Ia menghasilkan lebih dari dua puluh buku kedokteran. Salah satunya adalah al-Kulliyyat fi al-Thibb, yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Latin. Buku yang merupakan ikhtisar kedokteran yang terlengkap pada zamannya ini diterbitkan di Padua pada tahun 1255. Sementara itu, salinannya dalam versi bahasa Inggris dikenal dengan judul General Rules of Medicine. Salinan tersebut sempat dicetak ulang sebanyak beberapa kali di Eropa. Para penulis sejarah mengungkapkan kedalaman pemahaman Ibnu Rusyd dalam bidang kedokteran dengan berkata, “Fatwanya dalam ilmu kedokteran dikagumi sebagaimana fatwanya dalam fikih. Semua itu disebabkan kedalaman filsafat dan ilmu kalamnya.”

Ibnu Rusyd juga seorang ahli filsafat yang cerdas. Pada masa itu, buku-buku Aristoteles yang diterbitkan masih sangat sedikit dan sulit dipahami. Menyadari hal itu, Ibnu Rusyd tergerak untuk mengoreksi buku terjemahan karya Aristoteles tersebut bahkan melengkapinya. Ibnu Rusyd juga menerjemahkan dan melengkapi sejumlah karya pemikir Yunani lain, seperti Plato yang mempunyai pengaruh selama berabad-abad.

Pada tahun 1169-1195, Ibnu Rusyd menulis sejumlah komentar terhadap karya-karya Aristoteles, seperti De Organon, De Anima, Phiysica, Metaphisica, De Partibus Animalia, Parna Naturalisi, Metodologica, Rhetorica, dan Nichomachean Ethick. Dengan kecerdasannya, komentar Ibnu Rusyd itu seolah menghadirkan kembali pemikiran Aristoteles secara lengkap. Di sinilah terlihat kemampuan Ibnu Rusyd yang luar biasa dalam melakukan sebuah pengamatan. Di kemudian hari, komentar Ibnu Rusyd tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan tradisi intelektual kaum Yahudi dan Nasrani. Hal itulah yang kemudian membuka jalan bagi Ibnu Rusyd mengunjungi Eropa untuk mempelajari warisan Aristoteles dan filsafat Yunani.

Ibnu Rusyd juga dikenal sebagai pengkritik Ibnu Sina yang paling bersemangat. Meskipun begitu, ia tetap menghormati karya para pendahulunya. Ia juga tertarik pada gagasan al-Farabi tentang logika. Hal itu selalu memberinya inspirasi untuk berkarya. Ibnu Rusyd adalah seorang filosof yang telah berjasa mengintegrasikan Islam dengan tradisi pemikiran Yunani.

Di bidang ilmu agama, Ibnu Rusyd menghasilkan sejumlah karya, seperti Tahafut at-tahafut, sebuah kitab yang menjawab serangan Abu Hamid al-Ghazali terhadap para filosof terdahulu. Sebagai seorang ahli ilmu agama dan filsafat, Ibnu Rusyd dianggap cukup berhasil mempertemukan hikmah (filsafat) dengan syariat (agama dan wahyu).

Semasa hidupnya, Ibnu Rusyd menghasilkan sekitar 78 karya, yang semuanya ditulis dalam bahasa Arab. Kini, sejumlah karyanya tersimpan rapi di perpustakaan Escurial, Madrid, Spanyol. Tidak banyak yang mengetahui kalau Ibnu Rusyd pernah hidup dalam pembuangan. Ia pernah dibuang di Lecena, Spanyol, karena dianggap murtad dan menghina kepala negara. Ia juga pernah dibuang ke Maroko karena difitnah seseorang.

Ibnu Rusyd wafat pada tahun 1198 (595 H) di kota Marakis, Maroko. Jenazahnya kemudian dibawa ke Andalusia dan dimakamkan di sana.

BAGAIMANA KHILAFAH DIRUNTUHKAN?

Bagaimana Khilafah Diruntuhkan?

1.bagaimanakah Khilafah islam yang telah berdiri 1  Millenium lebih bisa runtuh?
2. bukan mengenang, namun mengambil makna agar memahami apa obat bagi kehancuran Khilafah Islam yg pernah menaungi seluruh Muslim
3. meniti sejarah memahami kesalahan masa lalu untuk jadi amaran bagi jalan yang dibangun di masa depan ketika menyambut kembalinya Khilafah
4. betul ucapan Ibnu Khaldun, bahwa peradaban itu seperti pendulum, awalnya tak terorganisir, lalu menjadi rapi, dan kembali lagi rapuh
5. begitu pula Islam, setelah menikmati zaman keemasan (Islamic Golden Age) pada kurun 750-1500, dari sana perlahan mengalami degradasi
6. Khilafah Abbasiyah menimati puncak keemasan sains dan teknologi, sementara Khilafah Utsmaniyah tandai keemasannya dengan wilayah terluas
7. masa Sultan Fatih Mehmed II dan Khalifah Suleyman Qanuni, Islam sudah sangat kuat, sayangnya tak digunakan utk perbaiki pemahaman Islam
8. maka pada masa Khalifah Suleyman, Islam mencapai puncak kejayaan dan luasan, Islam memiliki hegemoni di daratan maupun lautan
9. terlena oleh harapan kemenangan dan kemewahan hidup, pd 1683 pasukan Islam tertahan dan kalah menyakitkan di gerbang Vienna
10. itulah terakhir kalinya kaum Muslim lakukan jihad, tanpa disadari, ini adl satu faktor yg sebabkan lemahnya Islam dan bangkitnya barat
11. tak diragukan lagi, kejadian Vienna 1683 jadi titik tolak mundurnya Islam
12. saat jihad ditinggalkan, barat mulai ekspansi muliter dengan 3G (gold-gospel-glory), lalu menjajah negeri muslim
13. penyebab kedua runtuhnya Khilafah Islam adl karena ditinggalkannya bahasa arab sebagai bahasa Islam, sehingga lemahlah pemahaman Islam
14. sebagaimana jamak diketahui, Khilafah Islam berasal dari sultan2 mamalik, tentara2 ajam yang akhirnya jadi pemimpin kaum Muslim
15. masalah mulai muncul saat kaum mamalik ini tak menjadikan bahasa arab sebagai bahasa ibu kecuali pada sultan2 yg sedikit
16. terjadilah pemisahan “potensi Islam” dan “potensi bahasa arab” yang merupakan pokok dari pengetahuan dan ilmu dalam Islam
17. rendahnya pemahaman Islam akibat ditinggalkannya bahasa arab dapat terlihat ketika Al-Qaffal menutup pintu ijtihad, sehingga ummat resah
18. permasalah mulai muncul ditengah ummat tanpa ada penyelesaian, “apakah TV halal atau haram?”, “bolehkah Al-Qur’an dicetak?” dan semisal
19. lengkap kemunduran berpikir kaum Muslim tatkala diserang oleh filsafat persia dan yunani yang menyusup dalam pikir kaum Muslim
20. filsafat persia sangat nyata pada pemikiran tasawuf pd masa itu, penyucian diri dgn cara menyiksa fisik sebagai ganti ketinggian ruh
21. filsafat yunani pun nyata menyerang pemahaman tentang taqdir, qadha-qadar, hingga melahirkan fitnag khalqul qur’an gaya mu’tazilah
22. saat kondisi pemahaman ummat melemah dan ketakwaan mereka pada Allah mulai memudar, serangan2 barat diintensifkan
23. akhir abad ke-16, para misionaris mulai mengacaukan pemahaman ummat, dumulai di malta, tugas mereka membuat ragu ummat akan ajaran Islam
24. prancis dan inggris, serta amerika urun rembuk pula pada abad 18-19, menabur benih kehancuran dengan menanam paham nasionalisme
25. paham nasionalisme disebarkan hingga kaum Muslim mengelompokkan diri sbg arab, turki atau mesir, daripada menganggap mereka satu Muslim
26. salah satu kota besar tempat dakwah nasionalisme ini adalah di beirut, American University of Beirut misalnya dibentuk pd 1866
27. sebab selanjutnya keruntuhan Khilafah juga terkait dengan serangan fisik, peperangan dan imperialisme serta melalui perjanjian2
28. perjanjian karlowitz 1699, passarowitz 1718, Belgrade 1739, Küçük Kaynarca 1774, semuanya mengerat habis wilayah Khilafah Utsmani
29. russia mengerat wilayah Khilafah di utara sampai berbatasan dengan laut hitam di masa Catherine
30. sementara prancis menjajah mesir pd 1698, aljazair pd 1830, tunisia pd 1881, moroko pd 1912
31. inggris mengambil wilayah india, cina barat, sudan, dan akhirnya merebut mesir dari prancis, kaum Muslim seperti hidangan yg direbutkan
32. ditengah-tengah kekacauan ini, internal Muslim goyah karena seringnya pemberontakan yg dilakukan oleh pasukan inti yeniseri
33. pembubaran pasukan yeniseri oleh Khalifah Mahmud II pd 1826 menambah daftar panjang penyebab lemahnya Islam dan lemahnya pasukannya
34. saat pasukan yeniseri bubar, maka pengaruh barat yang deras masuk memaksa kaum Muslim mengadakan pembaruan militer dan hukum
35. reformasi inilah yg dinamakan ‘tanzimat’ sebuah reformasi yg agaknya lebih cenderung kepada sekuleriasi Khilafah Islam
36. pasca tanzimat ini, Khilafah mulai mengadopsi sistem keuangan, hukum sipil dan hukum pidana Prancis
37. reformasi militer berdasarkan sistem militer prancis dan swedia, sehingga militer kaum Muslim mulai dikuasai secara tak langsung
38. hapuskan jizyah, dirikan pasar saham, non-muslim diizinkan jadi tentara reguler, boleh dirikan universitas2 barat, dan dirikan parlemen
39. selain itu juga dibuat hemayun script, lalu terapkan sistem parlementer, membagi dua mahkamah, dan mengekor hukum positif barat
40. bersamaan dengan itu, benih2 nasionalisme mulai tumbuh di dunia Islam, fatatul turk (pemuda turki), fatatul arab (pemuda arab) buktinya
41. kaum pemuda berlandaskan nasionalisme ini mulai menyerukan disintegrasi Islam berdasar etnis, semisal gerakan ittihad wa taraqiy turki
42. dan gerakan2 ini dapat sambutan dan sokongan hangat dari loji2 freemasin di yunani, dan membiayai mereka, izinkan rapat di loji mereka
43. masya Allah, begitulah kaum Muslim dikerat dengan pisau nasionalisme, ukhuwah dinomordiakan warna kulit dan bentuk wajah
44. tokoh2 antek barat laksana jamaluddin al-afghani pun diorbitkan untuk menolak Khilafah dan munculkan pan-arabisme (persatuan etnis arab)
45. khusus jamaludiin ini, Khalifah Abdul Hamid II dlm catatan hariannya menyebutnya “pelawak” dan orang yang sangat berbahaya
46. dan pukulan pamungkas dari barat datang ketika PD1 1914-1917, kaum Muslim terjebak perang melawan sekutu dan kalah total
47. maka lewat perjanjian sykes-picot (inggris-prancis) wilayah Islam secara formal dikerat penjajah, dipecah belah
48. antek inggris lawrence of arabia menginisiasi pemberontakan negeri2 arab di syam pada 1916-1918, muncullah negeri2 baru
49. termasuk ibnu saud yg didukung melakukan pemberontakan, serta raja faisal yg memimpin “revolusi arab” juga disupport inggris
50. maka inggris menggariskan wilayah2 kaum Muslim, dan mengerat mereka menjadi satuan2 yg lemah
51. lewat inggris pula mustafa kemal berhasil mengganti Khilafah Utsmani menjadi Republik Turki, dan Khilafah resmi dihapus pd 3 Maret 1924

ILMUWAN ISLAM : IBNU SINA

Syeikhur Rais, Abu Ali Husein bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina, yang dikenal dengan sebutan Ibnu Sina atau Aviciena lahir pada tahun 370 hijriyah di sebuah desa bernama Khormeisan dekat Bukhara. Sejak masa kanak-kanak, Ibnu Sina yang berasal dari keluarga bermadzhab Ismailiyah sudah akrab dengan pembahasan ilmiah terutama yang disampaikan oleh ayahnya. Kecerdasannya yang sangat tinggi membuatnya sangat menonjol sehingga salah seorang guru menasehati ayahnya agar Ibnu Sina tidak terjun ke dalam pekerjaan apapun selain belajar dan menimba ilmu.


Dengan demikian, Ibnu Sina secara penuh memberikan perhatiannya kepada aktivitas keilmuan. Kejeniusannya membuat ia cepat menguasai banyak ilmu, dan meski masih berusia muda, beliau sudah mahir dalam bidang kedokteran. Beliau pun menjadi terkenal, sehingga Raja Bukhara Nuh bin Mansur yang memerintah antara tahun 366 hingga 387 hijriyah saat jatuh sakit memanggil Ibnu Sina untuk merawat dan mengobatinya.


Berkat itu, Ibnu Sina dapat leluasa masuk ke perpustakaan istana Samani yang besar. Ibnu Sina mengenai perpustakan itu mengatakan demikian;

“Semua buku yang aku inginkan ada di situ. Bahkan aku menemukan banyak buku yang kebanyakan orang bahkan tak pernah mengetahui namanya. Aku sendiri pun belum pernah melihatnya dan tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena itu aku dengan giat membaca kitab-kitab itu dan semaksimal mungkin memanfaatkannya... Ketika usiaku menginjak 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu.” Ibnu Sina menguasai berbagai ilmu seperti hikmah, mantiq, dan matematika dengan berbagai cabangnya.

Kesibukannya di pentas politik di istana Mansur, raja dinasti Samani, juga kedudukannya sebagai menteri di pemerintahan Abu Tahir Syamsud Daulah Deilami dan konflik politik yang terjadi akibat perebutan kekuasaan antara kelompok bangsawan, tidak mengurangi aktivitas keilmuan Ibnu Sina. Bahkan safari panjangnya ke berbagai penjuru dan penahanannya selama beberapa bulan di penjara Tajul Muk, penguasa Hamedan, tak menghalangi beliau untuk melahirkan ratusan jilid karya ilmiah dan risalah.



Ketika berada di istana dan hidup tenang serta dapat dengan mudah memperoleh buku yang diinginkan, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menulis kitab Qanun dalam ilmu kedokteran atau menulis ensiklopedia filsafatnya yang dibeni nama kitab Al-Syifa’. Namun ketika harus bepergian beliau menulis buku-buku kecil yang disebut dengan risalah. Saat berada di dalam penjara, Ibnu Sina menyibukkan diri dengan menggubah bait-bait syair, atau menulis perenungan agamanya dengan metode yang indah.

Di antara buku-buku dan risalah yang ditulis oleh Ibnu Sina, kitab al-Syifa’ dalam filsafat dan Al-Qanun dalam ilmu kedokteran dikenal sepanjang massa. Al-Syifa’ ditulis dalam 18 jilid yang membahas ilmu filsafat, mantiq, matematika, ilmu alam dan ilahiyyat. Mantiq al-Syifa’ saat ini dikenal sebagai buku yang paling otentik dalam ilmu mantiq islami, sementara pembahasan ilmu alam dan ilahiyyat dari kitab al-Syifa’ sampai saat ini juga masih menjadi bahan telaah.

Dalam ilmu kedokteran, kitab Al-Qanun tulisan Ibnu Sina selama beberapa abad menjadi kitab rujukan utama dan paling otentik. Kitab ini mengupas kaedah-kaedah umum ilmu kedokteran, obat-obatan dan berbagai macam penyakit. Seiring dengan kebangkitan gerakan penerjemahan pada abad ke-12 masehi,
kitab Al-Qanun karya Ibnu Sina diterjemahkan ke dalam bahasa Latin. Kini buku tersebut juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Prancis dan Jerman. Al-Qanun adalah kitab kumpulan metode pengobatan purba dan metode pengobatan Islam. Kitab ini pernah menjadi kurikulum pendidikan kedokteran di universitas-universitas Eropa.
Ibnu juga memiliki peran besar dalam mengembangkan berbagai bidang keilmuan. Beliau menerjemahkan karya Aqlides dan menjalankan observatorium untuk ilmu perbintangan. Dalam masalah energi Ibnu Sina memberikan hasil penelitiannya akan masalah ruangan hampa, cahaya dan panas kepada khazanah keilmuan dunia. 
Dikatakan bahwa Ibnu Sina memiliki karya tulis yang dalam bahasa latin berjudul De Conglutineation Lagibum. Dalam salah bab karya tulis ini, Ibnu Sina membahas tentang asal nama gunung-gunung. Pembahasan ini sungguh menarik. Di sana Ibnu Sina mengatakan, “Kemungkinan gunung tercipta karena dua penyebab. Pertama menggelembungnya kulit luar bumi dan ini terjadi lantaran goncangan hebat gempa. Kedua karena proses air yang mencari jalan untuk mengalir. Proses mengakibatkan munculnya lembah-lembah bersama dan melahirkan penggelembungan pada permukaan bumi. Sebab sebagian permukaan bumi keras dan sebagian lagi lunak. Angin juga berperan dengan meniup sebagian dan meninggalkan sebagian pada tempatnya. Ini adalah penyebab munculnya gundukan di kulit luar bumi.”Ibnu Sina dengan kekuatan logikanya -sehingga dalam banyak hal mengikuti teori matematika bahkan dalam kedokteran dan proses pengobatan- dikenal pula sebagai filosof tak tertandingi. Menurutnya, seseorang baru diakui sebagai ilmuan, jika ia menguasai filsafat secara sempurna. Ibnu Sina sangat cermat dalam mempelajari pandangan-pandangan Aristoteles di bidang filsafat. Ketika menceritakan pengalamannya mempelajari pemikiran Aristoteles, Ibnu Sina mengaku bahwa beliau membaca kitab Metafisika karya Aristoteles sebanyak 40 kali. Beliau menguasai maksud dari kitab itu secara sempurna setelah membaca syarah atau penjelasan ‘metafisika Aristoteles’ yang ditulis oleh Farabi, filosof muslim sebelumnya.


Dalam filsafat, kehidupan Abu Ali Ibnu Sina mengalami dua periode yang penting. Periode pertama adalah periode ketika beliau mengikuti faham filsafat paripatetik. Pada periode ini, Ibnu Sina dikenal sebagai penerjemah pemikiran Aristoteles. Periode kedua adalah periode ketika Ibnu Sina menarik diri dari faham paripatetik dan seperti yang dikatakannya sendiri cenderung kepada pemikiran iluminasi.


Berkat telaah dan studi filsafat yang dilakukan para filosof sebelumnya semisal Al-Kindi dan Farabi, Ibnu Sina berhasil menyusun sistem filsafat islam yang terkoordinasi dengan rapi. Pekerjaan besar yang dilakukan Ibnu Sina adalah menjawab berbagai persoalan filsafat yang tak terjawab sebelumnya. 



Pengaruh pemikiran filsafat Ibnu Sina seperti karya pemikiran dan telaahnya di bidang kedokteran tidak hanya tertuju pada dunia Islam tetapi juga merambah Eropa. Albertos Magnus, ilmuan asal Jerman dari aliran Dominique yang hidup antara tahun 1200-1280 Masehi adalah orang Eropa pertama yang menulis penjelasan lengkap tentang filsafat Aristoteles. Ia dikenal sebagai perintis utama pemikiran Aristoteles Kristen. Dia lah yang mengawinkan dunia Kristen dengan pemikiran Aristoteles. Dia mengenal pandangan dan pemikiran filosof besar Yunani itu dari buku-buku Ibnu Sina. Filsafat metafisika Ibnu Sina adalah ringkasan dari tema-tema filosofis yang kebenarannya diakui dua abad setelahnya oleh para pemikir Barat.



Ibnu Sina wafat pada tahun 428 hijriyah pada usia 58 tahun. Beliau pergi setelah menyumbangkan banyak hal kepada khazanah keilmuan umat manusia dan namanya akan selalu dikenang sepanjang sejarah. Ibnu Sina adalah contoh dari peradaban besar Iran di zamannya.

RUNTUHNYA DAULAH ABASSIYAH & HANCURNYA KOTA BAGHDAD


Pernah tahu bangsa yang sangat terkenal dengan kekejamannya? Bangsa yang telah membasmi kaum muslimin dengan jumlah yang fantastis? Jumlah yang sangat tinggi (dengan peralatan perang pada masa itu) dibanding apa yang telah dan sedang terjadi di Irak saat ini (dengan peralatan perang yang canggih)? Mereka adalah bangsa Tartar


Mengapa mereka bisa berbuat demikian? Di mana letak kesalahan kaum muslimin dan pemimpin mereka? Runtuhnya Baghdad (ibukota daulah Abbasiah) di tangan bangsa Tartar tidak terlepas dari pengkhianatan yang dilakukan oleh al-wazir Umayyiduddien Muhammad bin al-Alqami ar-tafidhi seorang Syiah Rafidhah yang amat dendam terhadap ahlu sunnah
Dia menjabat wazir (Perdana Menteri) bagi Khalifah al-Musta’shim billah, khalifah terakhir bani Abbas di Iraq. Peristiwa tersebut terjadi pada 12 Muharram 656 H. Hulaku Khan, cucunya Jenggis Khan mengepung Baghdad dengan seluruh bala tentaranya yang berjumlah kurang lebih 200.000 tentara. Mereka mengepung istana Khalifah dan menghujaninya dengan anak panah dari segala arah, hingga menewaskan seorang budak wanita yang sedang bermain di hadapan Khalifah untuk menghiburnya. Budak wanita tersebut adalah seorang selir (gundik) bernama Arafah
Sebilah anak panah dating dari jendela menembus tubuhnya pada saat is menari di hadapan Khalifah maka cemaslah Khalifah dan amat terkeiut. Pada anak panah yang menewaskan selirnya itu, mereka dapati tulisan: “Jika Allah menghendaki melaksanakan Qadha dan takdimya, maka dia akan melenyapkan akal orang yang berakal”
Setelah itu Khalifah memerintahkan agar memperketat keamanan. Perbuatan pengkhianatan Wazir Ibnu al-Alqami yang begitu dendam kepada ahlu sunnah itu, disebabkan pada tahun lalu (655 H) terjadi peperangan hebat antara ahlu sunnah dengan rafidhah yang berakhir dengan direbutnya kota al-Karkh yang merupakan pusat rafidhah dan dijarahlah beberapa rumah sanak famili al-Wazir al-Alqami
Sebelum terjadinya peristiwa yang amat memilukan ini, ia (Ibnul Alqami) secara diam-diam berusaha mengurangi jumlah tentaranya. Dengan cara memecat sejumlah besar tentara dan mencoret nama mereka dari dinas ketentaraan. Sebelumnya, jumlah tentara pada masa kekhalifahan al-Mustanshir (Khalifah sebelum at-Musta’shim) mencapai 100.000 orang. Jumlah ini terus dikurangi oleh Ibnul Alqami hingga menjadi 10.000 orang. pada masa kekhalifahan at-Musta’shim billah
Kemudian setelah itu barulah ia (Ibnul Alqami) mengirim surat rahasia kepada bangsa Tartar, memprovokasi mereka untuk menyerang Baghdad. Dia terangkan di dalam surat rahasia tersebut kelemahan angkatan bersenjata daulah Abbasiah di Baghdad. Oleh karena itu dengan mudah sekali bangsa Tartar dapat menaklukkan Baghdad
Semua itu ia (Ibnu) Alqami) lakukan untuk membalas dendam kesumatnya dan ambisinya untuk melenyapkan as-sunnah dan memunculkan bid’ah Rafidhah. Wallahul Musta’an (Hanya Allah-lah tempat memohon pertolongan)
Tatkala tentara Tartar mengepung benteng Baghdad mulai 12 Muharram 656 H, mulailah al-Wazir Ibnul Alqami menunjukkan pengkhianatannya yang kedua kali, yaitu dialah orang yang pertama sekali menemui tentara Tartar. Dia keluar dari Baghdad bersama keluarga pembantu dan pengikutnya pada saat-saat genting untuk menemui Hulaku Khan. Kemudian ia kembali ke Baghdad, lalu membujuk Khalifah agar keluar bersamanya menemui Hulaku Khan untuk mengadakan perdamaian dengan memberikan setengah hasil devisa negara kepada mereka (bangsa Tartar)
Maka berangkatlah Khalifah bersama para Qadhi. Fuqaha’ shufiyah, tokoh-tokoh negara, masyarakat dan petinggi-tinggi daulah dengan 700 kendaraan. Tatkala mereka hampir mendekati markas Hulaku Khan mereka di tahan oleh tentara Tartar, dan tidak diizinkan menemui Hulaku Khan, kecuali Khalifah bersama 17 orang saja
Lalu Khalifahpun menemui Hulalu Khan bersama 17 orang tersebut. sedangkan yang lain menunggu bersama kendaraan mereka. Sepeninggal Khalifah, sisa rombongan ini dirampok dan dibunuh oleh tentara Tartar. Selanjutnya Khalifah dihadapkan kepada Hulaku Khan, dan ditanya macam-macam, tatkala itu Khalifah menjawab dengan suara bergetar ketakutan karena diteror dan ditekan
Kemudian Khalifah kembali ke Baghdad disertai oleh al-Wazir Ibnul al-Alqami dan Khawajah Nashiruddin ath-Thuusi. Dan di bawah rasa takut dan tertekan, Khalifahpun mengeluarkan emas, perhiasan, permata dan lain-lain dalam jumlah yang amat banyak. Akan tetapi sebelum itu gembong-gembong Rafidhah sudah membisiki Hulaku Khan agar tidak menerima tawaran perdamaian dad Khalifah. al-Wazir Ibnul Alqami berhasil mempengaruhi Hulaku Khan, bahwa perdamaian untuk nanti hanya bertahan 1 sampai 2 tahun saja, dan mendorongnya untuk membunuh Khalifah
Tatkala Khalifah kembali dengan membawa barang yang banyak kepada Hulaku Khan, Hulaku Khan memerintahkan untuk mengeksekusi Khalifah. Maka pada tanggal 14 Shafar bertepatan pada hari Rabu terbunuhlah Khalifah al-Musta’shim billah. Konon kabarnya yang mengisyaratkan agar membunuh Khalifah adalah al-Wazir Ibnul al-Qami dan al-Maula Nashiruddin ath-Thuusi
Dan bersamaan dengan tewasnya Khalifah, maka tentara Tartarpun menyerbu Baghdad tanpa perlawanan lagi. Maka rubuhlah Baghdad di tangan bangsa Tartar. Dilaporkan bahwa jumlah yang tewas ketika itu lebih kurang 2 juta orang. Tidak ada yang selamat kecuali ahlu dzimmah (Yahudi dan Nashrani) serta orang-orang yang meminta perlindungan kepada bangsa Tartar, atau yang berlindung di rumah al-Wazir Ibnul Alqami dan para konglomerat yang membagikan harta mereka kepada Tartar dengan jaminan keamanan pribadi
Turut terbunuh juga bersama KhalIfah, dua putra beliau yaitu Abul Abbas Ahmad (25 tahun) dan Abul Fadhl Abdurrahman (23 tahun) dan ustadz istana Khalifah yaitu syeikh Muhyiddin Abdul Faraj Ibnul Jauzi bersama tiga putra beliau yaitu Abdullah, Abdurrahman dan Abdul Karim. Sedang putra terkecil Khalifah yaitu Mubarak ditawan bersama tiga saudara perempuannya yaitu Fathimah, Khadijah dan Maryam. Dikatakan bahwa para gadis yang ditawan tentara Tartar dari istana Khalifah mencapai 1000 orang
Dengan runtuhnya Baghdad maka runtuhlah Daulah bani Abbas yang berkuasa selama 524 tahun. Mungkin pembaca bertanya-tanya untuk apa sejarah memilukan ini dituangkan di sini?! Sungguh kami tidak akan memuatnya, seandainya bukan karena hadits Rasul yang berbunyi: Seorang Mu’min tidak akan disengat dua kali dan satu lubang. (HR Bukhari dan Muslim. dari hadits Abu Hurairah)
Sungguh kita tidak ingin sejarah hitam tersebut berulang kembali!. Kita harus mengambil ibrah dari sejarah tersebut. Kalau kita lihat kembali, keruntuhan Baghdad (daulah Abbasiah) banyak disebabkan pengkhianatan dari al-Wazir Ibnul Alqami seorang mubtadi’ (ahli bid’ah). Merupakan kesalahan yang amat fatal memberikan kepercayaan kepada mereka